Talang air adalah salah satu komponen penting pada atap yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan agar tidak menggenang. Sebab salah satu faktor penyebab potensi atap berkarat adalah paparan air hujan dan kelembaban berlebih.
Berbagai potensi tersebut harus dihindari agar atap tidak berkarat. Pasalnya, karat yang muncul akibat proses korosi bisa membuat material atap menjadi lebih rapuh. Jika hal ini dibiarkan, maka masalah lanjutan seperti kebocoran dan kerusakan bisa terjadi.
Material atap yang rusak akibat karat akan lebih rentan runtuh atau ambruk, sehingga dapat membahayakan keamanan dan keselamatan bangunan rumah maupun penghuni di dalamnya. Karena itu, kenali berbagai potensi penyebab munculnya karat pada atap berikut ini:
Salah satu faktor utama yang memicu potensi atap berkarat adalah material atap yang terbuat dari logam. Logam seperti besi merupakan material yang sangat rentan terhadap reaksi oksidasi dan korosi akibat interaksi dengan lingkungan sekitar.
Proses ini berlangsung karena logam mengalami reaksi kimia dengan oksigen di udara dan senyawa-senyawa lain yang terdapat di sekitarnya. Unsur logam lebih mudah teroksidasi dan berubah menjadi karat ketika terpapar oksigen dan kelembaban.
Karena itu atap logam yang berbahan seng, stainless steel, baja ringan, metal multiroof, dan sejenisnya akan lebih mudah berkarat dibanding material lainnya. Untuk mengantisipasi, atap logam biasanya akan diberi lapisan pelindung karat.
Selain dari jenis material, permukaan atap logam yang tidak rata juga menjadi salah satu faktor potensi atap berkarat. Sebab permukaan yang tidak rata atau kasar akan menciptakan area yang lebih mudah untuk terjadinya konsentrasi reaksi kimia.
Terutama reaksi antara unsur oksigen, air, dan logam. Permukaan yang tidak rata ini akan memudahkan terbentuknya kutub-kutub muatan yang berperan sebagai anoda (kutub negatif) dan katoda (kutub positif).
Hal ini kemudian memicu reaksi elektrokimia yang menjadi penyebab korosi. Sebaliknya, jika permukaan logam atap lebih halus, licin, dan bersih, reaksi korosi akan sulit terjadi karena kutub anoda dan katoda sulit terbentuk.
Penyebab atap berkarat yang berikutnya adalah akibat paparan air yang mengandung unsur oksigen dan hidrogen (H2O). Karena itu, bangunan di area dengan curah hujan tinggi atapnya akan lebih rentan berkarat.
Sebab ketika air hujan jatuh ke permukaan atap, air (H2O) tersebut akan bercampur dengan karbon (CO2) di udara membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam ini secara perlahan akan melarutkan zat besi pada logam atap, lalu memicu terbentuknya karat.
Tingkat kelembaban udara di sekitar atap juga berperan dalam potensi pembentukan karat. Sebab kelembaban udara yang tinggi menyebabkan logam lebih mudah teroksidasi karena dapat mempercepat reaksi kimia antara oksigen dan logam.
Kelembaban yang tinggi pada permukaan logam juga akan memicu terjadinya reaksi elektrokimia yang menjadi penyebab korosi. Itu sebabnya, bangunan di tempat dengan kelembaban tinggi seperti area tropis juga akan lebih rentan berkarat.
Biasanya, pengguna atap metal atau logam akan melapisi atapnya dengan anti karat. Namun, paparan cairan asam dari hujan asam atau bahan kimia asam pada cairan pembersih tertentu bisa mengikis dan merusak lapisan anti karat tersebut.
Ketika lapisan tersebut terkelupas atau rusak, material logamnya akan menjadi lebih rentan terhadap paparan oksigen dan kelembaban dari udara, yang memicu pembentukan karat.
Kerusakan fisik pada permukaan atap, seperti tergores oleh benda keras juga dapat mengikis lapisan anti korosi yang ada. Sehingga, ini akan memicu reaksi oksidasi yang mempercepat pembentukan karat.
Biasanya, goresan ini bisa muncul akibat tidak hati-hati saat sedang membersihkan permukaan atap menggunakan alat tertentu. Selain itu, benda pengotor seperti pasir, ranting, dan lain sebagainya juga bisa menimbulkan goresan yang memicu korosi.
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa paparan air hujan adalah salah satu penyebab utama timbulnya karat pada atap. Karena itu, penting untuk mengurangi genangan air hujan pada atap agar tidak bereaksi dengan material logam yang ada.
Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan talang air. Talang air adalah komponen atap berbentuk pipa yang menjadi saluran mengalirnya air hujan yang jatuh ke atap. Berikut ini fungsi lengkapnya:
Talang air dirancang khusus untuk mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari atap ke sistem drainase atau saluran pembuangan. Sehingga, air tidak akan menggenang terlalu lama di permukaan atap.
Genangan air yang terbentuk di atas atap adalah salah satu faktor potensi atap berkarat. Dengan menggunakan talang, maka genangan air bisa dibuang atau dialirkan ke saluran lain untuk mengurangi potensi terjadinya reaksi korosi.
Kelembaban yang terperangkap di antara material atap juga bisa menjadi pemicu karat dan korosi pada material logam. Dengan mengalirkan air hujan menjauh dari area tersebut, maka kelembaban berlebih pada atap bisa diminimalisir.
Selain menggunakan talang air, sebenarnya terdapat berbagai alternatif solusi lain untuk mencegah karat pada atap bangunan. Salah satunya yaitu dengan menggunakan material atap non logam, sebab logam adalah unsur yang paling mudah mengalami reaksi korosi.
Contoh jenis atap non logam yang bisa menjadi alternatif adalah fiber semen dari Djabesmen. Sesuai namanya, jenis atap ini terbuat dari material serat (fiber) khusus dan semen yang dipadukan dengan bahan lainnya kemudian dicetak menjadi bentuk atap.
Karena tidak terbuat dari logam, maka atap fiber semen Djabesmen dijamin tidak berkarat meski sering terpapar air hujan dan kelembaban udara. Selain itu, material ini juga dikenal ringan, tahan cuaca ekstrim, dan memiliki usia pakai yang tahan lama.
Bentuknya juga menarik secara estetika, dapat disesuaikan dengan desain bangunan atau rumah Anda. Sebagai pilihan, atap fiber semen Djabesmen terdiri atas 4 varian sebagai berikut:
Berbagai jenis atap di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan bangunan Anda. Karena itu, untuk meminimalisir potensi atap berkarat, Djabesmen adalah solusi penyedia atap fiber semen terbaik yang mutunya sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).